Indrarinda IV - Bertemu

“Han, aku gak izin pulang ya? Mules nih.” Aku minta izin pada Farhan, ketua panitia field trip tahun ini. Ya, semester ini prodiku mengadakan agenda rutin, field trip. Dan ini giliran angkatanku. Hari ini rencananya ada presentasi dari beberapa travel agent untuk acara field trip ini. Tapi aku tak bisa hadir, badanku sedang tidak bersahabat. Kuputuskan untuk pulang ke kost.
“Trus? Kamu gak liat presentasinya Rin?” Tanya Farhan.
“Gak usah deh, ya? Boleh kan?”
“Kalau voting?”
“Sama kaya kamu aja.” Aku tak ambil pusing.
“Bener?”
“Iya, yaudah aku pulang duluan ya. Bye Han!” Aku meninggalkan Farhan, keluar kelas.
Aku berjalan lumayan cepat keluar gedung sambil memegangi perutku yang mulai terasa perih. Sepertinya maagku kambuh. Tiba-tiba ponselku di dalam tas bergetar lama. Ada telepon. Sambil terus berjalan aku mencari ponsel di dalam tas, dan bruukk! Aku menabrak seseorang gara-gara tak melihat jalan.
“Aduhh, maaf.. maaf banget….” Kataku sambil menunduk, tanpa melihat siapa yang kutabrak.
“Iya mbak, nggak apa-apa. Mbaknya baik-baik aja?” Seorang lelaki berkulit sawo matang bersih menjawab. Tidak terlalu tinggi, mungkin selisih 15 cm denganku. Memakai kemeja berwarna dark-brown bermotif garis. Baju masuk, celana bahan, sepatu pantovel. Rapi sekali. Sepertinya mahasiswa tingkat akhir.
“Oh iya mas, nggak apa-apa kok. Sekali lagi maaf mas.” Aku meminta maaf lagi.
“Iya nggak apa-apa. Oiya, boleh tanya mbak?” Kata mas itu ketika aku bermaksud pergi.
“Iya, apa mas?”
“Ruang 23 itu sebelah mana ya?” tanya ma situ.
Ruang 23? Itu kan tempat anak-anak kumpul, kelas yang mau dipakai presentasi travel agent. Jangan-jangan mas ini salah satu travel agent yang mau present?
“Di lantai 2 gedung ini mas, pojok.” Jawabku sambil menunjukkan arah.
“Lewat sana ya mbak?” Mas itu menunjuk tangga.
“Iya, trus belok kanan aja. Maaf, mas dari travel agent yg mau present ya?” Tanyaku memberanikan diri.
“Oh iya mbak. Mbak nya salah satu peserta ya?” Tanya mas itu.
“Iya mas, silakan langsung masuk saja mas, sudah ditunggu teman-teman. Maaf, saya buru-buru.” Kataku beramah-tamah. Perutku makin perih.
“Oh baik mbak, makasih mbak. Maaf mengganggu.” Aku keburu ngeloyor pergi sebelum mas itu menyelesaikan kalimatnya.

0 komentar:

Posting Komentar

About this blog

happy reading

Total Pageviews

Followers

About Me

Foto Saya
dianpra
Writing for Pleasure
Lihat profil lengkapku

thanks for visiting