keping 1

Hari sudah sore, tapi suasana di sebuah sekolah menengah atas masih terlihat agak ramai. Serombongan manusia berbusana abu-abu dan putih keluar dari sebuah kelas, dari warna dan tulisan badge yang mereka terpasang rapi di seragam yang mereka kenakan bisa dipastikan mereka adalah siswa-siswi kelas XII, yang bulan depan akan menghadapi Ujian Akhir Nasional. Tawa khas anak muda yang menjelang dewasa terlihat tetap indah sore itu meski tak dapat dipungkiri nampak jelas siluet kelelahan di wajah-wajah mereka. Seperti yang terpancar dari wajah sesosok gadis yang berdiri di samping gerbang sekolah itu, lelah, tapi sebisa mungkin dia tetap menyimpulkan senyumnya pada setiap orang yang lalu lalang di depannya, teman-teman yang menyapanya.
“Nunggu jemputan ya?” Seorang lelaki yang berpakaian serupa dengannya datang menyapa, membuyarkan lamunannya tiba-tiba.
“Oh, eh, i... iya” Jawabnya sedikit terbata-bata karena kaget.
“Em... kalo gitu aku duluan ya, asalamu’alaikum.” Kata si lelaki berpamitan dengan santunnya, sembari meneruskan langkahnya menuju halte di seberang jalan itu.
“Oh, wa’alaikumsalam Zakky.” Balas si gadis tak kalah santun.
Lelaki belasan tahun yang disapa Zakky itu telah sampai di halte depan sekolah, menunggu bus yang akan mengantarkannya kembali ke rumahnya. Sementara di seberangnya, si gadis masih berdiri terpaku di samping gerbang sekolah, menunggu jemputan datang. Bus yang ditunggu Zakky datang, dia pun segera masuk ke dalamnya, dan mengambil tempat duduk di sisi kiri bus dekat jendela. Segera ia membuka jendela bus lebar-lebar, berteriak ke arah si gadis.
“Radhiya... aku duluan yaa...!!!” Teriaknya dari dalam bus sambil melambaikan tangan ke arah si gadis yang diketahui bernama Radhiya.
Radhiya kembali dikagetkan oleh suara Zakky, dia hanya mengangguk dan tersenyum ramah menanggapi lambaian Zakky dari dalam bus tadi. Bus yang ditumpangi Zakky mulai melaju, mata Radhiya tak henti menatap bus itu hingga hilang di kejauhan. Tanpa disadari, seorang perempuan sebayanya telah bertengger termangu di atas motor maticnya di samping Radhiya. Dia Karin, teman akrab Radhiya semenjak kelas X.
“Woy!!!” Karin menepuk pundak Radhiya, menyadarkan lamunan kawannya.
“Eh! Iya!”
“Ngeliatin apa sih? Serius amat?”
“Bukan apa-apa...”
“Ah, gak yakin nih...”
“Beneran kok...”
“Siapa sih?”
“Siapa apanya?”
“Kok balik nanya sih nih bocah”
“...” Radhiya terdiam.
“Zakky??”
“Hah?!” Radhiya terperangah mendengar apa yang baru saja diucapkan temannya itu.
“Naah... Bener kan? Bisa ditebak lagi Rad... ckckckkckk.” Goda Karin.
“Apa sih?” Radhiya tersipu.
Karin hanya geleng-geleng kepala melihat ekspresi Radhiya. Sambil tertawa kecil.
“Ya udah, pulang yuk Rad.” Ajak Karin kemudian.
“Aku kan dijemput Ibuku Rin, kamu duluan aja.”
“Aku anterin aja deh, yuk...”
“Ya jangan, ntar ibuku gimana?”
“Yaa...”
“Nah itu Ibuku dateng.” Kata Radhiya sambil menunjuk ke arah ibunya datang.
Motor yang dikendarai Ibu Radhiya berhenti tepat di depan Radhiya dan Karin.
“Ayo Dik, Ibu buru-buru ini, habis ini Ibu harus ke rumah Bu Lina.” Ajak Ibu Radhiya.
“Kebetulan.” Potong Karin tiba-tiba.
“Apanya yang kebetulan Dik Karin?” Tanya Ibu Radhiya tak paham.
“Biar saya yang antar Radhiya pulang Bu, Panjenengan lansung menemui Bu Lina saja.” Karin memberi saran. Sepertinya ide yang cukup bagus.
“Oh, apa ndak ngrepoti tho Dik Karin?” Sepertinya Ibunda Radhiya setuju.
“Iya Rin...”
“Ndak apa-apa Bu, kan sudah lama saya ndak ngantar Radhiya pulang.”
“Beneran ndak apa-apa?” Ibu Radhiya memastikan.
“Iya Bu, ndak apa-apa. Dijamin aman. Hehee...” Kata Karin meyakinkan.
“Ya sudah kalau gitu, Ibu pergi dulu ya. Makasih lho Dik Karin.” Ibu Radhiya berterimakasih.
“Iya sama-sama Bu...” Balas Karin santun.
“Ibu pergi dulu, hati-hati lho ya, Asalamu’alaikum.” Ibu Radhiya berpamitan.
“Wa’alaikumsalam...” Jawab Radhiya dan Karin bersamaan.
Ibunda Radhiya telah menghilang di kejauhan.
“Ya udah, pulang yuk Rin...” Ajak Radhiya.
“Temenin aku dulu bisa nggak Rad?”
“Kemana?”
“Makan, yuk...”
“Hmm... ide bagus. Tahu aja kamu kalo aku juga laper.” Radhiya setuju.
Mereka berdua pun segera meluncur ke sebuah restorant fastfood lokal yang tak jauh dari sekolah mereka. Sembari menyantap makan sore, mereka mengobrol banyak hal.
“Rin...” Panggil Radhiya tiba-tiba, suaranya tercekat, sepertinya ada suatu hal serius yang ingin dikatakannya.
“Kenapa Rad?” Karin membaca tanda-tanda tak biasa dari sahabatnya itu.
“Hmmm...” Radhiya masih ragu.
“Kenapa sih?”
“Zakky...” Nama Zakky terlontar lirih dari mulut Radhiya.
Karin tercekat, berhenti mengunyah makanan di mulutnya.
“Barusan kamu ngomong apa Radh?”
“...” Radhiya tersipu.
“Zakky? Kamu beneran?”
Radhiya hanya mengangguk. Pertanda meng-iya-kan pertanyaan Karin.
“Ya ampuuun Radh... sejak kapan?”
“Udah lama Rin. Sebenernya waktu pertama kita kenal yang namanya Zakky itu...”
“Apa?!? Hampir tiga tahun lalu?” Karin memotong pembicaraan Radhiya.
Radhiya mengangguk.
“Kok bisa sih Radh? Temen-temen yang lain pada tahu nggak soal ini?”
Kini Radhiya menggeleng.
“Jadi...”
“Jadi ya baru kamu yang tahu kalau aku suka sama Zakky.”
“Wow! Good girl, salut Radh...”
“Apa Rin?”
“Tiga tahun... hampir tiga tahun...”
“Apanya?”
“Ya kamu itu.”
“Maksudnya?”
“Falling in love in silent...”
“Hah?” Radhiya mengernyit.
“Jatuh cinta diam-diam ke Zakky.”
Radhiya tersipu. Diantara teman-teman akrabnya selama ini, memang Radhiya yang selalu tertutup. Jarang sekali mengekspresikan isi hatinya. Tapi Radhiya pula lah yang paling mengerti teman-temannya.
“Jadi gimana nih?” Tanya Karin tiba-tiba. Piring dan gelasnya telah kosong.
“Gimana apanya?”
“Perlu bantuan buat ngungkapin perasaan?” Karin mengedipkan matanya. Menggoda.
“Siapa yang mau ngungkapin?”
“Aku.”
“Eh, eh, eh! Jangan bilang kalo kamu mau bilang ke Zakky...”
“Emang iya... hahaa....” Goda Karin. Radhiya mulai cemas.
“Heh! Jangan gila kamu Rin...”
“Biarin, pokoknya aku mau bilang...” Karin membuat Radhiya bingung, dia pun beranjak dari tempat duduknya, sambil tertawa menakut-nakuti Radhiya.
“Rin, kamu bercanda kan?” Radhiya khawatir.
“Serius lah Radh...”
“Rin... jangan lah...”
“Bodo... hahahaaha....” Tawa Karin meledak.
“Kariiiiiinnnn.....!!!”
.........................................

Hari sabtu, sekolah usai lebih awal. Pukul tiga siang suasana sudah sepi. Namun Radhiya belum pulang. Dia baru selesai belajar kelompok dengan teman-temannya, salah satu agenda wajib dalam rangka mempersiapkan ujian akhir.
Radhiya berdiri mematung di depan papan informasi di samping ruang BK. Matanya terfokus pada sebuah surat edaran yang terpampang di sana. Kop surat itu bertuliskan nama sebuah perguruan tinggi negeri di paling ujung timur pulau jawa, berisi seluk beluk PMDK yang diselenggarakan instansi pendidikan tersebut. Dipandangnya surat itu lekat-lekat. Niatnya sudah bulat, dia akan melanjutkan studinya kesana. Tak peduli apa kata orang yang memandang tempat itu sebelah mata. Ini keputusannya, meski tidak murni keputusannya. Suara langkah kaki yang tegas terdengar semakin jelas menuju kearah Radhiya berdiri. Tepat disamping Radhiya langkah itu berhenti.
“Jadi lanjut ke Jember?” Tanya orang yang menghampiri Radhiya barusan. Itu Zakky.
“Eh!” Radhiya sedikit kaget menyadari Zakky ada di sampingnya.
Darimana dia tahu aku mau kuliah di Jember? . Pikir Radhiya dalam hati.
“Hei.” Zakky tersenyum ramah menoleh kepada Radhiya.
“Iya.”
“Jauh ya?”
“Ya begitulah...”
“Pasti nanti jadi jarang pulang.”
Radhiya sedikit bingung mendengar kalimat yang diucapkan Zakky.
“Kamu mau lanjut kemana?” Malu-malu Radhiya ganti bertanya pada Zakky.
“Aku tetap di kota ini.”
“Oh...” Tak ada tanggapan yang berarti dari Radhiya.
Hening. Tak ada suara diantara mereka berdua.
“Eh, yaudah aku pulang dulu ya? Slamat berjuang.” Akhirnya Zakky buka mulut, mengakhiri pembicaraan.
“Asalamu’alaikum.” Katanya seraya menepuk pundak Radhiya.
“Eh, wa’alaikumsalam.” Radhiya sedikit kikuk.
Zakky menyunggingkan senyum ramahnya sambil berlari meninggalkan Radhiya. Radhiya terpaku, memandang lurus kea rah Zakky pergi, memandangnya, sampai bayangannya lenyap dari kedua mata Radhiya.



                                                                                                                                                                                     

0 komentar:

Posting Komentar

About this blog

happy reading

Total Pageviews

Followers

About Me

Foto Saya
dianpra
Writing for Pleasure
Lihat profil lengkapku

thanks for visiting