"Day... baca ini deh..." Aku menyodorkan ponselku pada
Dayu, sahabatku. Oh bukan, mungkin lebih dari itu. Aku sedang membuka akun
twitterku, ada tweet menarik dari akun umum, challenge.
Dayu membacanya dan tertawa. Aku sedikit merasa tersinggung.
"Kok malah ketawa?" Aku protes.
"Apaan sih ini Yas?"
"Baca yang bener donk Day, yang itu..." Aku menunjukkan
tweet yg kumaksud pada Dayu.
"Iya, yang ini kan?"
Dibacanya ulang tweet itu dengan lantang.
"Cewe-Cowo sahabatan tanpa ada rasa suka, mungkinkah?"
Dayu terdiam. Pandanganya menghambur ke depan.
Aku memandangnya dari samping, menggigit bibir bawahku. Kelu. Dan
momen seperti inilah yang selalu menjadi favoritku ketika bersama Dayu. Berdua,
Dayu sok serius, tapi lebih terkesan konyol. Karna Dayu bukan tipikal manusia
seperti itu.
Sret! Dayu menoleh padaku. Mata elangnya langsung beradu dengan mata
bulatku yang sedari tadi memandangnya penuh harap.
"Jadi, lo mau terima challenge kacangan ini?"
Kali ini kulihat Dayu benar-benar serius.
"Ini bukan kacangan Day, uji nyali tauk."
"Heemm... Iya sih."
Dayu terdiam, berfikir.
"Trus, yang mau lo tanyain soal ini siapa Yas?" Tanya Dayu
seketika. Jleb. Oh God, aku pikir Dayu udah paham soal ini. Karena cuma dia
sahabat cowoku yang paling deket sejagad raya ini, cuma Dayu sahabat cowokku
yang paling lama barengan sama aku, dari SD. Ternyata keseriusan Dayu tidak
bisa dipercaya begitu saja, seseriusnya Dayu, tetap saja otaknya melenceng.
Aku jengkel. Diam.
"Siapa Yas?" Tanya Dayu lagi.
"Ya elo lah Day."
Dayu mengerutkan keningnya, bingung.
"Kok gue?"
"Ya siapa lagi donk? Temen gue yang paling deket ya cuma elo
Day."
"Iya sih."
Kami terdiam lagi.
"Jadi?" Dayu berulah lagi. Tak paham lagi.
Langsung kujawab tanpa basa-basi. Aku ingin semuanya jelas. Apa
perasaanku ini murni, atau ada racun2 cinta kepada lawan jenis di dalamnya.
"Apa mungkin kita ituu... Gak mungkin punya rasa lebih?"
Kutodong Dayu dengan pertanyaan yang disarankan oleh tweet umum tersebut.
"Jadi maksudnya elo..."
"Jawab dulu Day..."
"Tunggu... Tunggu... Jangan bilang habis gue jawab, trus
jawaban gue lo tweet ke tuh akun..."
"Dayu, jawab dulu!"
"Oke, fine, gue jawab Yas. Tapi gue punya syarat."
Apa-apaan Dayu ini? Kenapa ada syarat segala? Apa sulitnya jawab
pertanyaan itu? Kalau toh gak ada rasa, simple kan?
"Apa?"
"Ini cuma antara kita berdua, gak usah pake acara tweet2an
segala, ini sama aja elo blow up rahasia terbesar elo ke dunia luar Yas."
Perkataan Dayu sepertinya berlebihan. Tapi, ada benarnya, toh ini demi kebaikan
kita berdua, kenapa orang lain mesti tau?
"Iya deh iya, pegang tuh hp gue, biar gue gak
macem-macem." Kataku sembari meletakan ponselku di depan Dayu.
Dayu menghela napas panjang, pandanganya menghambur entah kemana,
aku suka Dayu yang seperti ini. Manis.
"Jadii... Apa lo ada rasa ke gue, Yas?" Dayu menoleh
padaku, menodongku dengan tatapan elang mautnya.
"Nggak tau Day..." Aku menunduk. Jujur, aku takut dengan
pandangan Dayu yang diarahkan padaku itu.
"Elo pernah kepikiran gak Yas, kalo kita bakal punya perasaan
lebih satu sama lain?"
"Em... Pernah Day."
"Gimana rasanya?"
"Gue takut Day."
Dayu tersenyum
"Gue takut salah satu dari kita, atau bahkan kita berdua gak
bisa nerima perasaan itu, berangkat dari hubungan persahabatan ini, yang uda
terlalu baik ini Day..."
"Dan kalau beneran terjadi, elo suka sama gue, gimana
Yas?"
"Nggak tau Day..."
"Elo mau gue gimana? Mau gue tau perasaan elo? Trus berharap
gue punya rasa yang sama gitu?"
"Mungkin gitu Day... Realistisnya aja lah..."
Dayu berdiri, pindah ke kursi yang berhadapan dengan tempat dudukku.
"Yas, elo tau kan gimana gue?" Dayuuu... Plis, jangan
tatap aku kaya gitu, aku takut. Aku terus menunduk, tak berani mengangkat wajah
di hadapan Dayu yang seperti ini.
"Yas, elo inget siapa aja yang pernah minta gue buat jadi
cowonya selama elo kenal gue?"
"Iya inget, ada banyak."
"Apa elo inget siapa yang gue tolak?"
"Inget."
"Yang gue terima?"
"Eeem... Nggak pernah ada kan Day?"
Ya, selama kamu berteman, Dayu sering menerima proposal cinta dari
banyak perempuan. Entah apa pesona Dayu, sampai begitu banyaknya perempuan yang
rela menjatuhkan image mereka dengan menyatakan cinta terlebih dahulu pada
laki-laki, dan laki-laki itu adalah Dayu. Tapi sampai sekarang, di usia kami
yang ke 20, tak ada 1 pun perempuan yang berhasil menaklukan Dayu, semua
proposal cinta yang diterima, dia tolak terang-terangan. Dan aku tak pernah
tau, siapa yang Dayu cintai, perempuan mana yang menjadi idaman Dayu.
"Good, itu elo tau tentang gue."
"Trus?"
"Trus... Apa elo tau Yas kenapa gue begitu?"
Aku menggeleng. Apa Day? Kenapa?
"Karna elo, Yasaaaa..."
Deg! Apa maksudnya ini?
"Dayu! Apa-apaan sih? Serius donk."
"Elo pikir gue bercanda gitu?"
"Trus apaan donk?"
"Gue takut Yas, kalo gue pacaran, lo gimana? Kalo gue perhatiin
elo, pacar gue gimana?"
"Jadi elo pikir selama ini gue gak bisa tanpa elo gitu
Day?"
"Maybe, kita terlalu sering saling menggantungkan Yas, lo
ngerasa gitu gak sih? Apalagi biasa bareng terus."
Memang iya. Aku tanpa Dayu, lemah. Dayu tanpa aku, kurang lengkap.
"Itu yang bikin gue gak bisa ngelepasin lo, Yas. Sekalipun lo
punya pacar. Gue mungkin bakal kaya gini terus."
Dan aku makin tak mengerti, kemana arah pembicaraanku dan Dayu saat
ini. Dan kali ini Dayu memalingkan mukanya dariku. Diam.
"Jadi... Gimana kita sekarang?" Aku bingung harus berkata apa.
"Biar kita kaya gini aja ya?" Mata Dayu teduh, bukan lagi
mata elang yang tadi.
"Sahabat?" Tanyaku.
"Lebih dari itu."
"Sodara?"
"Ada rasa yang gak biasa."
"Tapi bukan pacar kan?" Aku memastikan.
Dayu menggeleng.
"Kenapa kita kaya gini, Day?"
"Kenapa nggak, Yas? Kalo pacaran ada putus, kenapa kita gak
temenan aja, gak pernah ada matinya. Toh kalopun jodoh, juga gak bakal
kemana."
Dayu lebih terlihat santai kali ini. Ini Dayu yang biasanya. Dan aku
mengerti sedikit demi sedikit sekarang.
"Sampai kapan kita gini?"
Dayu meraih pergelangan tanganku.
"Sampai kita menemukan jalan kita masing-masing, sampai kita
memutuskan pilihan hidup kita."
"Kapan itu?"
"Sampai kita bertemu jodoh kita."
Aku tersenyum. Dayu memandangku, dan aku berani melihat tatapanya
lagi.
Hari ini, lagi-lagi Dayu yang mengajariku sesuatu.
Sometimes, the best way to stay close to someone you love is by
being just a friend... (Yasa&Dayu)
0 komentar:
Posting Komentar