Radhiya membopong tas biru bergambar doraemon, tokoh kartun kesukaanya. Sebelum mengucap salam perpisahan kepada keluarga Mbah Asih, Radhiya menyempatkan diri berkunjung ke rumah keluarga pak Hamdhan. Satu tujuan Radhiya kesana, Aghi. Bu Hamdhan sedang berada di halaman.
“Asalamu’alaikum mama Aghi...” Radh member salam.
“Radhiyaa... kok pagi begini udah rapi sayang?”
“Radh mau pulang.”
“Lho? Sudah mau pulang ya?”
Radh mengangguk.
“Aghi dimana?”
“Ada di dalam, Radhiya masuk aja.”
Radhiya pun masuk ke dalam rumah, didapatinya Aghi di ruang tengah, sedang asyik menonton televisi.
“Aghi... Radh pulang dulu ya...” Radhiya pamit pulang ke kampong halamanya, hari liburnya sebentar lagi habis.
Aghi tetap diam. Tidak bergeser dari tempatnya.
“Aghi...” Radhiya memanggil.
Aghi tetap tak berkutik.
“Aghi masih marah ya sama Radh?
Aghi masih diam. Radhiya sedih, air mukanya mulai susah, matanya berkaca-kaca.
“Radh pulang ke Madiun dulu ya...” Radhiya berpamitan dan segera keluar dari rumah keluarga pak hamdan. Berlari kecil kembali ke rumah Mbah Asih, menangis.
Melihat Radhiya telah pergi dari rumahnya, Aghi beranjak dari duduknya menuju ke kamar mungilnya, mengambil sebuah gantungan kunci dari tas sekolahnya kemudian berlari keluar. Aghi menyusul Radhiya.
Radhiya dan kakaknya sudah siap masuk ke mobil untuk segera berangkat ke stasiun ketika Aghi datang mencari Radhiya.
“Radhiya... Aghi minta maaf ya. Radhiya jangan nangis.”
“Aghi jangan marah lagi ya, Radh takut.”
“Nanti kan kalo kamu ke sini, kita kan ketemu lagi.”
“Kalau Radh nggak ke sini gimana?”
“Ya Aghi yang kesana, ke Madiun.”
“Bener ya?”
“Iya. Ini buat Radhiya deh.” Aghi memberikan gantungan kunci doraemon miliknya pada Radhiya.
“Kok dikasih ke Radh?”
“Kata mama Aghi, kalau kita punya teman, trus teman itu pergi, kita harus ngasih benda yang bisa ngingetin dia ke kita, biar dia nggak lupa.”
“Jadi Aghi kasih ini ke Radh biar Radh inget ke Aghi ya?”
“Iya. Jangan sampai ilang ya?”
“He’eh” Radhiya mengangguk mantap. Sumringah.
“Jangan lupain Aghi ya Radhiya.” Aghi merangkul Rahiya.
Radhiya dan keluarganya berpamitan. Kembali ke kampung halaman, ke kota gadis, Madiun.
Kilas Balik sebuah Prolog II
Diposting oleh
dianpra
Kamis, 10 Maret 2011
Label: Dalam kisah Radhiya
0 komentar:
Posting Komentar